Perusahaan di sebuah kawasan industri itu ternyata tidak mau mempekerjakan karyawan yang jujur itu. Padahal sudah lebih limabelas tahun dia bekerja disana. Posisi terakhir yang dia pegang adalah sebagai manager di bagian jaminan mutu.
Target perusahaan sangat tinggi, mendapat ISO sebagai ukuran untuk dapat mengekspor hasil produksi mereka ke luar negeri. Salah satu penilaian untuk mendapat ISO adalah standar mutu yang diakui secara internasional.
Perusahaan mencoba tidak jujur demi mencapai keuntungan yang besar. Komposisi pembentuk hasil produksi tidak dibuat dengan semestinya, dan sebenarnya tidak bisa ditoleransi. Untuk sampai lolos ISO tidak tahu bagaimana perusahaan akan melaluinya.
Dia hanyalah seorang karyawan. Meski begitu, dia tidak mau membohongi masyarakat dengan membuat laporan data yang menyatakan komposisinya sudah benar sesuai standar Internasional, padahal tidak begitu. Dia dengan tegas menyatakan “tidak” terhadap kebijakan perusahaan. Akhirnya posisi itu diberikan kepada orang lain yang dianggap mau bekerjasama.
Perusahaan merasa sangat sayang untuk melepas dia karena dia memiliki potensi besar. Perusahaan menawarkan posisi lain dibagian yang berbeda yang tidak ada hubungannya dengan jaminan mutu. Dia berpikir, bahwa tidaklah baik jika tetap bertahan diperusahaan itu. Mengundurkan diri merupakan pilihan terbaik meski berat karena akan kehilangan pekerjaan.
Tiga bulan mengganggur, menjadi kehidupan yang membosankan. Menangis karena belum mendapat pekerjaan baru, padahal keputusan untuk mundur merupakan keputusan yang diyakini baik karena takut akan Tuhan.
Sebuah perusahaan akhirnya memanggil dia meski dia tidak mengirimkan lamaran kesana, karena perusahaan itu mendengar tentang dia dan prestasinya.
Jika kita hidup jujur, berkat bisa jadi kita dapatkan tetapi bisa juga kita kehilangan sesuatu yang berharga seperti pekerjaan. Sumber.
28 Okt 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar