Upacara pembukaan ajang olahraga terbesar di Asia Tenggara, SEA Games 2011, di Stadion Gelora Sriwijaya, Jumat (11/11) malam, spektakuler.
Pembukaan diawali parade kembang api dan tatanan lightingserta efek komputer yang sangat luar biasa yang memantul diwhite screenyang dipasang di areal rerumputan stadion Jakabaring tepat pukul 19.00.
Dengan menggunakan elektrik kanvas ukuran 54m X 56 m, Stadion Gelora Sriwijaya disulap menjadi tanah tandus yang retak, kemudian mengalir Sungai Musi dan pepohonan menghijau.
Hingga berubah menjadi samudra nan biru, lengkap dengan kapal Sriwijaya yang menaklukan gelombang. Elictric Canvas, untuk pertamakalinya digunakan di SEA Games, sebelumnya pernah dipakai saat Opening Rugby World Cup di New Zeland dan Opening Asian Games di Dubai.
Acara ditandai dengan pesta kembang api skala besar yang sangat spektakuler, dilanjutkan dengan tarian Journey Begin, tarian singkat yang dibawakan oleh enam wanita cantik mewakili enam pulau besar Indonesia Sumatera, Java, Bali, Borneo, Sulawesi, and Papua.
Dengan pakaian adat dan iringian musik khas daerah masing-masing, mereka secara bergantian menari di atas kepulauan masing-masing, muali dari Sumatera sampai ke Papua.
Kemudian, pertunjukan Musi Heart of The City hasil karya Hartati, menampilkan tanah retak, masyarakat berlarian dan kepayahan mulai menyemai bibit, hingga muncul air dan mengalir menjadi Sungai Musi, memberikan kehidupan baru.
Tanah menjadi subur dan hijau, para nelayan suka cita menangkap ikan hingga gedung-gedung megah berdiri namun tetap didampingi pepohonan hijau.
Tarian kolosal Golden Peninsula dikemas oleh koreografer Alex Hasyim menggambarkan Kerajaan Sriwijaya yang menjadi besar di Sumatera. Dilanjutkan dengan tarian kolosal yang melibatkan ribuan penari,"Merajut Nusantara" menampilkan para penari dengan kostum unik, khas dari berbagai provinsi, yang diiringi orkestra Erwin Gotawa. Khasanah kekayaan seni dan budaya Indonesia tumpah ruah, mulai dari musik, tarian hingga pernak-pernik ciri khas daerah ditampilkan pada pertunjukan karangan Dedy Puja ini.
Terakhir, pertunjukan Reach of The Dream, hasil karya Hartati.
Electric canvas berubah menjadi miniatur lapangan hijau sepakbola. Menceritakan impian seorang anak dan perjuangannya hingga mewujudkan impian tersebut.
Diiringi guyuran hujan, devile kontingen peserta tetap heroik, berurutan sesuai abjad. Dimulai dari Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Timur Leste, Vietnam, dan terakhir Indonesia sebagai tuan rumah. Setiap negara membawa kendaraan yang dihias menjadi miniatur icon negara masing, masing.
Brunai dengan masjidnya nan agung, Singapura membawa patung singa putih, Malaysia menampilkan Twin Tower dan Indonesia membawa dua keajaiban dunia, yakni Candi Borobudur dan Komodo yang memakai selendang batik dan songket. Tanpadikomando, riuh para penonton mengikuti iring-iringan kontingen tersebut.
Prosesi menyalakan api kaldron sangat menakjubkan. Obor api abadi dibawa oleh pasangan mantan atlet Abbas Akbar (pencak silat)-Nurfitriyana (panahan) diserahkan ke Hasan Basri (karate)-Merry Monim, Purnomo (atletik).
Selanjutnya diterima oleh Yayuk Basuki (renang) dan Alan Budikusuma (bulutangkis). Kemudian Alan naik ke kapal Sriwijaya menyerahkan obor tersebut kepada anak buah kapal Sriwijaya dan disulutkan ke mata tombak yang di pegang oleh Susi yang telah berdiri di tiang tertinggi kapal Sriwijaya.
Pertunjukan spektaukaler itupun terjadi. Dari atas tiang kapal Sriwijaya, Susi terbang menuju bibir koldron dengan tangan terbentang dan ujung tombak yang terus berkobar, hingga tombak api itu dilemparkan dan api koldron pun menyala.
Hujan sepertinya sudah diprediksi para panitia. Buktinya setiap peserta diberikan souvenir payung dan jas hujan. Sayangnya Ina-SOC kurang sigap menyiasati peralatan elektronik yang mereka gunakan sehingga mikrofon sempat mati dan layar elektronik rusak sumber
0 comments:
Posting Komentar