1942
“Menjadi kembang desa adalah kebanggaan tersendiri bagiku, meski aku tinggal di sebuah desa terpencil, jauh dari keramaian, dan di kelilingi hutan pinus.”
Dialah Seruni, kembang desa nan cantik jelita. Ayahnya seorang tuan tanah, dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Ia gadis sederhana, yang juga memiliki cita - cita, usianya masih belia. Pekerjaanya membantu ibunya, mengasuh adik - adiknya yang masih balita. Dia anak pertama dari tiga bersaudara.
Di malam buta, datang segerombolan tamu tak di undang, yang mengobrak - abrik seisi rumahnya, mereka tentara Jepang. Yang membawanya dengan paksa. Seruni tak bisa berbuat apa - apa, tangisan ibunya tak mampu mengetuk hati para tentara, dan saat itu ayahnya tak tau di mana.
“Mau ikut kami, apa mereka mati???!!!” Hardik salah satu di antaranya.
Seruni tak ada pilihan, kecuali mengikuti kemauannya.
Seruni tiba di sebuah rumah sederhana, yang hanya di huni beberapa orang wanita. Itu pada mulanya, karena ternyata esoknya banyak sekali tentara, yang sama - sama tinggal di sana.
***
Lima bulan berlalu… Nasib telah mengubahnya….
“Aku memulai kehidupan sebagai seorang penari…. Penari telanjang untuk para tentara Jepang… Mereka para lelaki hidung belang… Setelahnya kami akan berpesta di atas ranjang… Mereka menikmati tubuhku secara bergantian… Hampir setiap malam… Mereka adalah iblis - iblis jahanam…”
Setiap hari Seruni meminum ramuan, ramuan pencegah kehamilan, pegawai rumah yang menyediakan. Pernah ia mencoba kabur, tapi pada saat yang sama ia melihat, seorang teman melompat jendela dan ketahuan pengawal, saat itu juga ia melihat, dengan kejam si teman di tembak.
Seruni si gadis belia, meski kini sudah ternoda, ia masih ingin hidup bersama ayah, ibu dan adik-adiknya. Ia tidak ingin mati di sana.
***
Di ruang pertunjukan, Seruni memulai aksinya, dihadapan para tetamunya. Kali ini dalam tarinya ia berperan sebagai seorang perawat, dengan baju lengkap. Musik mengalun , perlahan ia mulai dengan gerakan erotisnya. Satu persatu ia membuka perlengkapan di tubuhnya, hingga tak ada lagi yang tersisa, tak peduli berpasang mata memandang ingin melumat.
Musik pengiring berhenti. Seseorang menghampiri. Mulai mengagahi dari ujung rambut hingga kaki. Disusul beberapa orang lagi. Seruni hanya bisa menangis dalam hati.
“Betapapun aku sakit, aku tak ingin terlihat lemah, meski hatiku seperti diremah - remah”
***
16 bulan berlalu…
Hari ini Seruni tak keluar rumah, badannya lemah, setelah kemarin dukun beranak mengeluarkan janin muda dari perutnya. Ini yang ketiga kalinya. Mereka yang menginginkannya, jika tak mau, Seruni akan di bunuhnya. Cambukan, tendangan, siksaan yang ia terima, ternyata tak cukup membayarnya.
Ia memiliki harapan, matanya menerawang jauh ke depan.
***
Di ruang tamu, dua orang sedang berbincang - bincang.
“Bagaimana tuan? Apakah sawah tersebut sudah bisa menjadi milik saya??”
“No… No… No… Belum saatnya, nanti akan kami berikan setelah kami puas dengan putrimu yang cantik itu”
“Tuan, saya Sumardi si tuan tanah, selama ini saya sudah menjadi mata - mata setiamu, memberikan segala bocoran dan rahasia di kampungku, mereka semua bahkan sudah ku rayu untuk menjadi pengikutmu, meski sebagian masih membelot, bahkan anakku sudah ku korbankan… Itu semata - mata demi kalian dan aku meminta sawah yang ku inginkan, apalagi yang kau inginkan tuan?? “
“Ya ya ya… Kali ini aku hanya ingin mencicipi istrimu, satu kali saja, sepertinya dia perempuan yang cukup lumayan, aku bosan dengan wanita wanita muda… Bagaimana???”
Orang yang bernama Sumardi terlihat ragu, tapi kemudian ia berbicara.
“Baik… Nanti malam aku pergi keluar rumah, kalian datanglah seperti pada saat kalian membawa anakku…”
Dorrrrrrr…!!!
Suara tembakan terdengar. Seketika itu pula sang tentara tak lagi bergerak. Darah segar mengucur dari kepalanya. Sumardi memandang arah datangnya suara tembakan.
“Ser… Seruni????!!!”
Pancaran wajah Seruni terlihat marah. Mukanya memerah.“Kau seorang ayah yang tega terhadap anak dan keluarga… Kau seorang Ayah yang telah menjual anakmu… Dan kau seorang suami yang akan menjual istrimu…. Kau seorang mata - mata… Kau seorang pengkhianat…!!!!”
Suara seruni bergetar menahan amarah.“Seruni…. Ma…. Maafkan ayah nak….”
Dorrrrrrrr…!!!Suara tembakan dari arah lain.
Seruni : “Ibu????”
Ibu Seruni : “Ibu telah mendengar semuanya. Cepat kita pergi , sebelum mereka mengetahui keberadaan kita di sini. Seorang pengkhinat negeri, layak ditembak mati, biarpun itu suami sendiri…”
***
November 2011
Seruni di usia lanjut, sedang duduk di teras rumahnya….
“Biarpun sekarang negeri ini terbebas dari belenggu penjajah bangsa lain, tapi ternyata masih terjajah oleh bangsa sendiri. Pejabat negeri, korupsi, hukum yang bisa dibeli. Mereka tidak malu dengan para pahlawan yang telah gugur demi mempertahankan tanah air ini. Aku mantan penari telanjang untuk para tentara Jepang. Belum merasa dimerdekakan.”
‘
*Memperingati hari pahlawan… sumber
1 comments:
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟
❟❟❟ VIDEO LIVE HOT STREAMING...
❟❟❟ -------------------------------
❟❟❟ http://videobrol.blogspot.com
❟❟❟ http://videobrol.blogspot.com
❟❟❟ http://videobrol.blogspot.com
❟❟❟ -------------------------------
❟❟❟ KOLEKSI LEBIH DARI 100O VIDEO
❟❟❟ TIDAK USAH DOWNLOAD - JUST PLAY
❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟❟
Posting Komentar