Senja hari, Untung sekeluarga sedang makan malam sederhana bersama. Johny, teman Untung, datang ke rumah Untung dengan membawa accu di pundaknya sambil terengah-engah.
“Bu, saya mohon agar Untung boleh mengantar saya pulang!” pinta Johny memelas.
Dalam perjalanan menuju rumahnya, Johny bercerita bahwa dia bertemu dengan memedhon, yaitu sejenis setan di kampung Untung yang bentuknya seperti pocongan. Memedhon itu menampakkan diri di rumpun bambu beberapa ratus meter di lorong belakang rumah Untung.
“Lain kali, kalau ditakut-takuti setan seperti itu, kamu harus berdoa! Setan pasti takut!” Begitu Untung menasihati Johny.
Persis Untung selesai mengatakan kalimat tersebut, tiba-tiba ada makhluk putih besar melompat-lompat di depan mereka. Untung sangat terkejut dan kontan berteriak dan lari ketakutan bersama Untung. Mereka gemetar dan menangis tersedu-sedu. Dasar Untung, habis “khotbah” langsung tidak bisa membuktika khotbahnya.
Pepatah Jawa berbunyi, “Gajah diblangkoni, isa khotbah ora isa nglakoni” (bisa khotbah tak bisa menghayati dan melaksanakan). Pepatah lain mengatakan “Wit gedhang awoh pakel, omong gampang nglakoni angel” (kita gampang omong tentang sesuatu, tetapi sulit melaksanakan).
Inilah perjuangan kita manusia beriman: mewujudkan setiap cita-cita luhur dan baik dalam tindakan sehari-hari. Pengalaman Untung itu merupakan contoh yang tidak baik. Untung bisa menasihati temannya, tetapi persis ketika nasihat itu harus diwujudkan, Untung menjadi tidak tahu lagi harus berbuat apa. Bahkan terkejut dan lari ketakutan. Sikap inilah yang rupanya juga menjadi penyakit kebanyakan manusia dewasa ini. Sumber
23 Apr 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar