Pengalaman ini terjadi di asrama tempat Untung menimba ilmu. Di kelas angkatan Untung, yang waktu itu jumlahnya 92 orang, tidur dalam satu kamar tidur di asrama.
Setelah doa malam, para siswa harus menjaga keheningan. Tidak boleh ramai. Tidak boleh ngobrol. Tidak boleh berisik. Setelah semua masuk kamar, beberapa menit kemudian lampu terang dimatikan dan diganti dengan lampu redup. Beberapa menit berikutnya, lampu redup itu pun dimatikan dan Untung bersama teman-temannya tidur dalam kegelapan malam.
Di awal-awal, karena belum biasa dengan keadaan seperti ini, kerap kali Untung dan teman-temannya hanya terbaring sambil bengong, tidak bisa segera tertidur. Kadang-kadang ada yang iseng, menekuk jari-jari tangan sehingga mengeluarkan bunyi “Klek! Klek! Klek!” Bunyi itu menjadi pancingan bagi yang lain, sehingga terjadilah “konser klek.” Bayangkan kalau masing-masing penghuni asrama membunyikan sepuluh jari tangannya, susul-menyusul. Suasana pun menjadi gaduh.
Di tengah-tengah suara itu muncul suara “Hmm! Hmm! Hmm!” Maunya sih supaya suara tekukan jari berhenti, tetapi yang lain justru menyambung, “Hmm! Hmm! Hmm!” Suasana seperti ini pasti mengundang Kepala Asrama keluar dari kamarnya dan masuk ruang tidur untuk menenangkan suasana. Begitu ada suara pintu dibuka semua menjadi diam! Tapi, begitu Kepala Asrama masuk kamarnya lagi, “Konser klek! Klek! Klek! Dan Hmm! Hmm! Hmm!” pun akan mulai lagi.
Kebersamaan memang penting. Kekompakan memang diperlukan. Kerja sama memang dibutuhkan. Namun, semua itu penting, diperlukan, dan dibutuhkan untuk mengembangkan kehidupan bersama. Bukan untuk mengacaukan suasana. Apalagi demi merusak hubungan dengan orang lain. Sumber
24 Apr 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar