Pak Panurata asyik melihat siaran langsung sepak bola di televisi. Pak Panurata berteriak, memanggil pembantunya agar membuatkan secangkir kopi susu. Iyem, sang pembantu, bergegas ke dapur. Tiba-tiba ada suara ribut.
“Suara apa, Yem?”
“Maaf, Tuan, saya terpeleset. Cangkirnya jatuh dan pecah.”
“Enak sekali kamu minta maaf. Tidak bisa! Kamu harus bertanggung jawab atas keteledoranmu.”
“Baiklah, Tuan. Kalau Tuan tidak memberi maaf pada saya, saya akan mengganti cangkir ini.”
“Nah, itu baru tindakan orang yang dewasa.”
“Karena saya tidak punya uang, maka dengan terpaksa saya minta gaji bulan yang lalu dan gaji bulan ini yang belum Tuan bayarkan pada saya.”
“Aduh, maaf, saya lupa kalau belum memberi gaji bulananmu. Begini saja. Karena aku sedang tidak punya uang, kita saling memaafkan saja. Gelas yang pecah tadi tidak usah ditukar. O, ya, gajimu akan saya bayarkan bulan depan saja ya, Yem ....”
Yang kuat sulit untuk memberi maaf kepada yang lemah, sebaliknya yang lemah selalu dituntut untuk memaafkan kesalahan si kuat. (Merenung Sambil Tersenyum) Sumber
1 Apr 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar