Untuk Anda, yang sering bermasalah dengan Ibu.
" Ketika anak merasa cintanya akan aman dengan melupakan masalah, Ibu tidak hanya melupakan, tapi menghilangkan seluruhnya."Lagi-lagi harus berkonfrontasi dengan Ibu. Salah satu hal pergulatan batin terpahit dalam hati, bukan karena masalah yang harus dipecahkan, tapi karena sosok yang tak bisa ditentang ini. Bagaimana bisa berkomunikasi yang lugas dan jujur dengan sosok yang memegang 'kekuasaan' tertinggi? Semua perkataan harus dijaga agar hatinya tidak terluka, agar sebongkah rasa bersalah tidak tumbuh dan tumbuh seperti tumor di jiwamu.
Begitulah, kali ini masalahnya sepele saja, tapi Ibu merasa ada perkataan yang sangat menyinggung hatinya ketika masalah itu dibahas. Masalah teknis pun menjadi masalah hati dan Ibu memutuskan tidak mau lagi berbicara dengan anak perempuannya. Oh, ayolaaah... masih banyak urusan yang harus ditangani segera dan menyangkut banyak penghidupan orang lain! Dan perseteruan itu berlangsung berbulan-bulan lamanya.
Sebenarnya aksi perdamaian sudah dilakukan sebagai bentuk pernyataan siapa yang lebih dewasa dari siapa, tapi sosok yang 'berkuasa' tidak menyerah demikian mudah. Bahkan mungkin semakin sakit hatinya karena peperangan yang dikobarkan tidak separah yang seharusnya terjadi. Beginilah pikiran seorang anak. Untuk orang yang sering bermasalah dengan ibunya, pikiran seperti ini berseliweran sesering para remaja mencek laman jejaring sosial mereka.
Tetesan air di sebuah batu lama-lama akan melubangi batu tersebut, begitu pula usaha perdamaian yang tidak pernah dihentikan secara sepihak dalam kasus ini. Akhirnya tiba juga saat yang sudah letih diharapkan, Ibu menyapa dan membuka percakapan. Perbaikan hubungan ini menggembirakan, tapi setiap kali hendak bersikap 'seperti dulu dan sehangat ketika tidak ada konflik' ada keraguan, takut ditolak dan curiga jangan-jangan perseteruan yang mulai mencair ini punya syarat ini-itu atau batasan itu dan ini.
Apa yang terjadi berikutnya, menjadi kunci jawaban untuk hubungan ibu dan anak yang sama-sama cadas ini. Di tengah pikiran yang sibuk dengan kecurigaan, terselip pertanyaan bagaimana Ibu yang demikian keras bisa meluluhkan harga dirinya dengan kembali bersikap hangat seakan tidak ada apa-apa? Bahkan Ibu bersikap sangat baik sebagaimana dirinya ketika tidak ada konflik dengan anak perempuannya. Kecurigaan si anak menjadi jawaban itu sendiri.
Anak mungkin tidak memulai masalah, dengan kata lain, oke.. memang Ibu yang menjengkelkan dan menyebabkan masalah. Mudah saja bagi anak untuk melupakan masalah itu dan bersikap seakan tidak ada apa-apa, tapi ada saat-saat tertentu ketika masalah itu kembali muncul di ingatan dan perasaan jengkel yang sama masih ada.
Ibu mungkin memang menjengkelkan, tapi selalu tulus dan total meluluhkan hatinya. Ketika beliau tersenyum dan memeluk anaknya kembali, segala masalah yang menyakiti hatinya itu hilang. Walaupun ada sedikit ketakutan akan ditolak dan tidak dimaafkan oleh anaknya, tapi Ibu selalu lebih berani untuk mengungkapkan cinta daripada seorang anak pada ibunya. Ketika anak merasa cintanya akan aman dengan melupakan masalah, Ibu tidak hanya melupakan, tapi menghilangkan seluruhnya. Sumber
0 comments:
Posting Komentar