Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

12 Nov 2011

Demi Suamiku Aku Rela Masuk Neraka

  • i
 “Bu, malam ini nggak pulang ya?” suaminya bertanya.
“Iya ayah, kayaknya saya akan menginap, bu Rika butuh saya disana. Cateringnya sedang banyak pelanggan.”
“Baiklah bu, jaga kesehatan, kalau ibu sakit malah tambah repot, maafkan suamimu yang tidak berguna ini bu,,”
“Iya ayah gak apa – apa..jangan bahas itu lagi. Doakan saja ya ..”
Retno merias wajahnya, menggantungkan harapan pada merah lipstiknya. Mengenakan baju mini dan dilapisi jaket. Dimasukkan dalam tas, tak lupa minyak wangi aroma melati ia oleskan sedikit di bagian bawah telinga.
“Ayah, ibu berangkat ya, titip Uning. Nasi dan ikan jambalnya masih ada di lemari. Dihangatkan saja. Suruh Uning bantu.”
“Hati – hati bu, salam buat ibu Rika. Sampaikan ucapan terimakasih ayah padanya karena sudah membantu ibu mendapatkan pekerjaan.
“Iya ayah..”
Ibu Rika?? Siapa dia? Suami Retno hanya tau namanya. Tak pernah tahu bagaimana wajah dan bentuknya. Karena semua fiktif. Itu hanya alasan Retno untuk menutupi pekerjaannya saat ini.
Setelah 5 tahun terakhir suaminya menderita stroke, kini Retno yang mencari sesuap nasi. Retno harus bekerja. Ia tak mau Uning berhenti sekolah. Uning harus pintar. Uning tak boleh jadi perempuan bodoh sepertinya.
*****************************************ALA************************************************
Di Taman Prostitusi
“Mas, boleh mas, 300 ya?”, Retno membuka harga
“Mahal amat? Bisa nego nggak?” tawar calon pelanggan
“Berapa maunya?”
“100 ribu deh, oke?”
“ Naikin dong masa 100 ribu?”
“Ya udah mentok nih 200. Kalau nggak mau saya cari perek lain aja!!”
Mereka pun menuju taman dimana Retno dan kawan – kawan se profesinya bertugas. Jantung Retno berdegup kencang tiap kali ia mendapatkan pelanggan. Rasa berdosa, malu, dan jijik pada diri sendiri acapkali singgah. Namun ini harus dilakukannya. Demi suami dan seorang anak gadisnya.
“Lama amat sih loe?” pelanggan mulai tak sabar
“Buruan buka baju, waktu gue gak lama. Keburu ketahuan bini gue nanti!!”
“ Iya mas sabar..” Retno menjawab sambil menahan tangis.
Retno mulai menanggalkan baju seksinya yang murahan, berikut bra dan celana dalam. Ia pun membantu sang bajingan melepaskan pakaiannya juga. Tangan Retno mulai menjamah bagian – bagian sensitive’nya. Membasahi setiap detil tubuh laki – laki itu dengan liur ketidakrelaan. Laki – laki itu mulai mendesah. Merasakan pelayanan Retno yang ia anggap cukup mematikan. Satu jam berlalu. Ritual selesai. Retno kelu dan lunglai. Tak kuat memandang tamunya malam itu.
“nih,  200 kan? Makasih ya, besok kalau ada uang lagi gue datang cari lo!!”
Di lemparkan 2 lembar uang seratus ribuan itu ke tanah. Retno meungutnya dan kembali mengenakan pakaian. Waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Suara adzan menggema di seantero negeri. Retno mau pulang, ingin mencuci tubuhnya dengan air suci. Retno takut Tuhan marah. Tapi ini semua demi keluarganya.
“bu, sudah pulang? Capek ya?”
“iya ayah. Sedikit sih capeknya. Aku mandi dulu ya? Mau subuh’an sekalian..”
Saat Retno menarik gayung, tak kuasa ia menahan tangis, bulir itu semakin deras. Hingga membasahi dinding hatinya yang terluka.
Setelah mandi, Retno berinteraksi dengan Tuhan. Ia katakan semua, ia ceritakan kegalauan hatinya. Sambil berdoa ia pandangi wajah anak dan suaminya yang sudah kembali tertidur.
“Maaf ayah, ibu hanya mau menjadi yang terbaik untuk kalian berdua.. Sekalipun uang haram ini yang kenyangkan perut kita,, Dosa ini aku yang tanggung,, asalkan kalian bahagia, masuk neraka pun aku rela..”  kompasiana.com

0 comments:

Posting Komentar