Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

12 Nov 2012

Berharap, Percaya, Menerima, dan Bersyukur

  • i

Meminta apa yang kita inginkan kepada Semesta adalah kesempatan untuk menjelaskan apa yang kita inginkan kepada diri sendiri. Ketika permintaan itu menjadi jelas di benak, kita sudah memintanya. Percaya melibatkan bertindak, berbicara, dan berpikir seakan-akan kita sudah menerima apa yang kita minta. Ketika kita memancarkan frekuensi menerima, hukum tarik-menarik akan menggerakkan orang, peristiwa, dan situasi kepada kita untuk menerima.
Sepenggal kalimat dari ringkasan buku Secret yang ditulis oleh Rhonda Byrne itu mengilhami saya dan membuat saya percaya bahwa proses penciptaan membantu kita menciptakan apa yang kita inginkan dalam tiga langkah sederhana yaitu meminta, percaya, dan menerima.
Kisah ini saya alami ketika hendak melahirkan anak bungsu saya. Saya percaya bahwa saya dan bayi yang akan saya lahirkan sehat. Saya percaya saya akan melahirkan bayi saya secara normal dan sehat. Namun, suatu ketika ibu bidan mengatakan bahwa kepala bayi tidak sesuai waktunya. Masih jauh dari jalan lahir padahal perkiraan kelahiran tinggal beberapa minggu saja. Bu bidan sudah memberi keterangan kemungkinan bayi terlilit tali pusat dan bila sudah waktunya tidak lahir juga, maka akan dikirim ke rumah sakit untuk dilahirkan secara caesar.
Seminggu sebelum tanggal perkiraan kelahiran saya sudah berada di rumah. Ketika seminggu setelah tanggal perkiraan kelahiran, bayi saya masih betah di dalam perut, bidan mulai khawatir. Ia sudah memberikan ultimatum bila dalam 2 minggu ke depan belum lahir juga, maka akan dikirim ke rumah sakit untuk operasi.
Saya tetap bertahan untuk dapat melahirkan normal, hingga saya memberi keyakinan kepada bu bidan bahwa saya akan melahirkan awal bulan depan, yang kebetulan adalah bulan kelahiran dua anak pertama saya. Sejak itu hari-hari saya dipenuhi oleh doa, doa, doa, dan berbicara kepada janin agar membantu saya untuk dapat melahirkan secara normal. Setelah itu saya pasrah apa pun yang akan terjadi.
Akhirnya, saya bersyukur ketika si jabang bayi pun lahir dengan selamat di bulan berikutnya sesuai dengan yang saya minta dalam doa. Janin memang terlilit tali pusar bukan hanya di leher, seperti biasanya, tapi juga di sekujur tubuhnya, yang secara medis tidak mungkin dilahirkan secara normal. Di tempat lain, kira-kira 1 km jauhnya dari rumah saya, rupanya Ibu saya juga berdoa, meminta agar saya bisa melahirkan secara normal di bulan berikutnya. Sumber

0 comments:

Posting Komentar