Seorang pemuda tengah mempersiapkan diri untuk wawancara kerja pertamanya. Teman-temannya memberi nasihat tentang apa yang harus dipakai, bagaimana harus bertindak, dan apa yang harus dikatakan, “Jangan tertawa atau tersenyum. Seriuslah,” kata mereka kepadanya. “Ini akan membuatmu tampak lebih canggih.”
Ia tiba untuk wawancara 15 menit lebih awal dan disambut oleh seorang wanita ceria yang berdiri di depan meja. Si pemuda menceritakan siapa dirinya dan mengapa ia ada di sana. Wanita itu segera mengantarnya ke ruang konferensi dan menawarkan secangkir kopi.
Sang pemuda memutuskan untuk menanyakan beberapa pertanyaan tentang pekerjaan, berharap bahwa pertukaran singkat dengan orang yang netral akan menenangkan saraf. Wanita itu menawarkan wawancara tentang posisi pekerjaan dan pada gilirannya bertanya tentang pendidikan. Pembicaraan mereka mengalir secara alami dan si pemuda berharap pembicaraan itu segera selesai.
Akhirnya wanita itu melihat jam tangannya dan berkata, “Anda tepat waktu, antusias, mudah diajak bicara, dan dengan latar belakang Anda, Anda akan menjadi seorang karyawan yang sangat baik di sini. Kapan Anda bisa mulai bekerja?”
“Apa?” tanya pemuda itu.
“Pekerjaan itu jadi milik Anda, jika Anda mau,” jawab wanita itu.
Pemuda itu menatapnya sejenak; kemudian wanita itu berkata, “Oh, Tuhan, aku begitu sibuk memikirkan resepsionis kami yang sakit hari ini hingga saya tidak memperkenalkan diri kepada Anda. Saya Ms. Whitaker dari bagian SDM. Kita berbicara di telepon.”
Pemuda itu terkejut. Dia baru saja mendapatkan pekerjaan pertamanya dengan santai, sementara ia sudah melakukan segala saran teman-temannya apa yang tidak boleh dilakukan. Ia baru saja menyadari sebuah pelajaran penting: selalu menjadi diri sendiri. (Bits & Pieces) Sumber
0 comments:
Posting Komentar