Dahulu kala, saat bumi masih segar dan sehat, segala hal jauh lebih baik dari sekarang. Manusia berkali lipat lebih kuat, lebih segar dan cantik, hewan-hewan lebih besar dan memiliki tubuh yang kompleks, tanaman dan buah-buahnya berukuran besar dan lebih enak dari yang sekarang kita makan.
Demikian pula dengan beras yang kita tahu saat ini berukuran kecil-kecil, butuh ratusan bulir beras untuk disantap agar kita kenyang. Beras pada masa awal berukuran besar, sampai-sampai sebutir beras sudah cukup mengenyangkan bagi pria dewasa. Ukurannya yang besar membuat manusia tidak perlu bersusah payah memanen seperti sekarang. Dengan sendirinya beras lepas dari kulitnya, dan menggelinding ke desa penduduk, memenuhi lumbung-lumbung mereka.
Suatu hari, seorang janda merasa lumbungnya terlalu kecil untuk menampung beras-beras itu. Dia merobohkan lumbung lamanya dan berencana mendirikan yang baru. Ketika lumbung itu belum selesai dibangun, padi-padi di ladang telah siap menjatuhkan berasnya yang menggembung penuh. Segera ibu janda ini bergegas menyelesaikan lumbungnya dengan tergopoh-gopoh.
Namun demikian, tetap saja tidak cukup waktu untuk menyelesaikan sebelum beras menggelinding. Segera saja beras-beras hadir di desa-desa, masuk ke dalam lumbung para warga. Ibu janda yang gugup menjadi berang ketika melihat beras sedang mengarah padanya. Dengan marah dia memukul beras itu menjadi serpihan dan berteriak, "Tidak bisakah kamu menunggu di ladang hingga kami siap untuk menerimamu? Jangan mengganggu kami saat kami tidak menginginkanmu!"
Beras yang kini telah pecah menjadi ribuan butir berkata dengan sedih, "Baiklah.. mulai sekarang kami akan menunggu di ladang hingga kalian menginginkannya. Sejak saat itu beras menjadi butiran kecil dan manusia harus pergi ke ladang untuk memanen padi, mengebas kulitnya satu per satu dan mengangkutnya ke lumbung.
Kemarahan ibu itu sebenarnya karena rasa gugup dan kekecewaan tidak bisa menyelesaikan lumbung tepat waktu. Apakah dengan marah lumbungnya menjadi cepat selesai? Tentu saja tidak. Kemarahannya telah merugikan banyak orang dan dirinya sendiri, padahal jika memilih untuk tidak marah, lumbung akan segera siap dan beras bisa segera disimpan. Jangan biarkan tekanan lingkungan dan kondisi membuat Anda tidak bisa mengendalikan emosi, karena kemarahan sungguh tidak berguna dan hanya akan diikuti dengan penyesalan. Sumber
12 Jan 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar