Untung di kelas pertama sebuah perguruan. Pada suatu hari ia mengigau. Itu pun kata teman-temannya, karena Untung sendiri tidak tahu. Akibat igauan Untung, semua teman yang tidur sekaramar (seangkatan masih tidur dalam satu ruangan) terbangun, termasuk kepala perguruan pun terbangun. Bahkan, angkatan tetangga pun ada yang ikut terbangun.
Waktu itu, dalam tidurnya, Untung bermimpi berkelahi dengan seseorang yang tinggi besar. Untung berkelahi karena membela adiknya yang dipukul oleh orang tersebut. Ketika Untung menghadapi lawannya itu, orang tersebut mengeluarkan peniti ukuran raksasa. Peniti yang hendak ditusukkan kepada Untung itu membuat Untung berteriak-teriak dalam mimpi itu.
Ternyata, teriakan Untung itu sungguh-sungguh terjadi dan terucap sekeras-kerasnya, sehingga membuat teman-teman Untung yang lain pun ikut teriak karena terkejut. Terjadilah teriakan massal di ruang tidur para siswa. Untung sendiri terbangun dari mimpinya justru karena dia mendengar teriakan teman-temannya. Begitu kagetnya, sehingga seorang teman Untung yang tidur di sebelahnya jatuh, sehingga dia meringis kesakitan.
“Ada apa sih?” tanya Untung polos kepada teman sebelahnya.
“Ada apa? Kamu itu teriak-teriak kok malah tanya ada apa?” temannya balik bertanya kepada Untung.
Saat itulah Untung baru sadar bahwa dia mengigau. Tanpa disadarinya igauannya itu telah merusak suasana asrama, sebab membuat teman-temannya terbangun dari tidur mereka.
Mengigau saja bisa sangat mengganggu kehidupan bersama, apalagi kalau orang secara sengaja ingin merusak tatanan kehidupan ini. Entah itu dengan penumpukan modal nepotisme, entah itu dengan kesewenang-wenangan, entah itu dengan perlakuan-perlakuan yang tidak adil. Yang secara sadar dilakukan dan demi egoisme pribadi itu tentu lebih tidak baik lagi, ketimbang sebuah igauan yang mengganggu. (Hidup itu Lucu dan Indah) Intisari
4 Jan 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar