Bagaimana Anda bisa melihat kesalahan orang lain jika mata hati Anda sendiri tidak jernih?
Seorang pebisnis merasa risih dengan gedung tempat saingan bisnisnya. Setiap pagi ketika pebisnis ini melihat ke luar jendela, dia sangat terganggu dengan gedung yang kebetulan terletak tepat di depan jendelanya itu. Menurutnya, gedung itu nampak buram dan tak terawat, yang tentu saja mengganggu pemandangannya
"Gimana mau maju, bangunan sendiri aja nggak diurus," gerutunya selalu. Teman-teman sekantor sudah sangat hapal dengan kritikan semacam itu, dan memilih diam. Si pebisnis memang dikenal suka mengkritik segala hal sehingga orang-orang di sekitarnya tidak lagi menganggap serius komentar-komentar yang keluar dari bibirnya.
Suatu hari, jendela di ruang pebisnis ini dibersihkan. Ternyata selama ini jendela itu selalu terlewati oleh bagian cleaning service karena letaknya yang agak tersembunyi. Pagi hari berikutnya, si pebisnis kembali menatap ke luar jendela dan menjadi terkejut karena gedung di seberangnya mendadak terlihat terang dan bersih.
Bagaimana mungkin mereka mendekor ulang sisi luar gedung dalam waktu semalam? Demikian batin si pebisnis. Lalu seseorang memberitahu pebisnis tersebut bahwa kaca jendelanya baru saja dibersihkan. Maka dia pun mengambil kesimpulan, saat dia membersihkan jendelanya, si saingan bisnis tidak mau kalah, ikut membersihkan gedungnya juga.
Pikiran orang yang picik akan selalu buruk karena mata hatinya sendiri sudah tidak jernih. Seperti halnya kita saat melihat dari jendela yang kotor, semua pemandangan di luar jendela nampak lusuh dan berdebu. Sementara ketika jendela itu dibersihkan, maka kita bisa melihat dengan jelas dan semuanya nampak jernih. Pelajaran dari hal ini, bersihkan dulu hati dan pikiran Anda sebelum menilai orang lain agar Anda dapat menilai dengan bijak Sumber
20 Jan 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar