Aku teringat masa kecilku dahulu yang serba pas-pasan. Ayahku kerja keras mencari nafkah dan Ibuku yang selalu memberikan kasihsayangnya yang tulus kepada aku dan ketiga kakakku.
Dahulu pernah keluargaku mengalami hal yang tadinya bagi keluargaku suatu yang tidak mungkin akan terjadi, dimana membuat kami sadar bahwa “uang memang tak punya saudara”. Pernah orang tuaku membeli rumah dari satu keluarga yang masih ada ikatan saudara dari keluarga kami, karena kepercayaan orang tua yang begitu besar terhadap mereka. Orang tua kami membeli rumah tanpa surat-surat tanah…ya kesalahan besar yang telah orang tua kami lakukan….....,tapi kami tidak menyalahkan orang tua kami, justru kami bangga bahwa orang tua kami mempunyai kepercayaan yang begitu besar kepada saudara-saudaranya, hanya saja kepercayaan itu telah disalah gunakan. Dari pengalaman itulah keluarga kami mulai berhati-hati untuk mempercayai orang. Setelah bertahun-tahun kami menikmati rumah kami….
Disaat kami merasa rumah kami adalah surga kami….
Hal yang bagi kami tidak mungkin akhirnya terjadi….,kami diminta untuk mengosongkan rumah yang telah orang tua kami beli dengan tabungan hasil dari jerih payah orang tua kami. Dengan imbalan dari mereka yang tidak sepadan jika dihitung dari pembelian dan renovasi rumah. Ya….., memang tidak ada yang tidak mungkin didunia ini jika Allah menghendaki. Dari uang imbalan itu orang tua kami membeli rumah sepetak berukuran kurang lebih 6×6 M.
Dari rumah sepetak itu kami balajar ikhlas….
Dari rumah sepetak itu kami balajar saling berbagi….
Dari rumah sepetak itu orang tua kami balajar berwiraswasta….
Dari rumah sepetak itu juga kami besar….
Dari rumah sepetak itu… waktu telah membuktikan bahwa Allah Maha Adil.
Dirumah yang sepetak itu kami makan seadanya, nasi kecap kerupuk sering kali menjadi santapan sehari-hari, tapi kami merasa bersyukur masih bisa mengisi perut, justru lebih nikmat dilidah, atau mungkin karna rasa lapar yang membuat hidangan sangat sederhana itu menjadi sangat nikmat untuk dimakan.
Berawal dari rumah sepetak itu orang tua kami bisa memperluas bangunan rumah, dan dari rumah sepetak itu kini kami bisa saja merasakan dan membeli masakan/makanan yang ingin kami makan.
Dan dari rumah sepetak itulah Allah memberi petunjuk kepada kami, bahwa memang jalan inilah yang terbaik untuk kami lalui.
Ya Allah terimakasih….engkau telah tunjukan jalan yang terbaik untuk keluarga kami.
Ayah…..Ibu…...terimakasih…..kalian telah mengajarkan kami bagaimana hidup ini harus tetap dijalani.
Kalianlah yang terbaik bagi kami, tetaplah mengajarkan kami tentang arti hidup ini.
Alhamdulillah ya Allah….Kau berikan kami orang tua yang tak gentar. terimakasihku
6 Des 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar