Di sebuah kantor pos yang padat dan serentak panas. Seorang nenek tua tertatih-tatih karena usia lanjut dan udara panas berjalan masuk. Ia memandang ke kanan dan ke kiri, lalu perlahan-lahan dan sopan menemui seorang petugas kantor pos yang bertugas di bagian ‘Layanan Khusus’.
Agak aneh, petugas ini masih sangat muda usianya; bahkan masih usia SMP kelas II atau III. Ternyata ia tengah melakukan praktik kerja nyata di kantor pos tersebut. Ia sedang mengikuti program pencarian pengalaman sambil melayani masyarakat. Di sini ia bertugas menjadi pelayan khusus bagi siapa saja yang membutuhkan informasi atau pun yang menemukan kesulitan di kantor pos tersebut. Sang nenek langsung menuju ‘pegawai wanita cilik’ ini.
“Selamat pagi Nenek, ada yang bisa saya bantu Nek?” katanya dengan tersenyum manis sambil menjemput sang Nenek.
“Adik, bolehkah Nenek minta tolong padamu?”
“Ya…Nek.. itu kehormatan buat saya; saya pasti akan tolong Nenek.”
“Oh, kamu baik sekali, Nak. Begini, Nenek mau kirim surat kepada cucu tertuaku, tapi tulisan Nenek sudah jelek karena jari-jari ini sudah suka gemetar… Nenek minta tolong, bolehkah kau menuliskan surat untuk cucu nenek yang ada di Jakarta?”
“Oke.. oke Nek, no problem, saya akan bantu. Nenek diktekan saja apa yang hendak Nenek tulis, saya akan segera menuliskannya.”
Maka mulailah sang Nenek tersenyum, sambil membayangkan cucunya tercinta; Nenek pun mulai mendiktekan isi surat yang langsung ditulis oleh karyawati kecil itu. Segera, semuanya selesai. Dengan sigap anak gadis itu mengambil amplop, dan menanyakan alamat sang cucu di Jakarta. Walaupun usianya lanjut ternyata Nenek itu dengan lancar dapat mengingat alamat lengkap cucunya di Jakarta. Usai semuanya selesai dengan baik, ketika amplop itu hendak dilem, sang Nenek tiba-tiba berseru dengan cepat.
“Eh… jangan ditutup dulu, ada yang tertinggal. Tolong adik tambahkan di surat itu ‘NB: Maaf ya, kalau tulisannya jelek, soalnya cepat-cepat.”
“Haaaaa ...??”
Anak gadis remaja itu pun terbengong mendengar kata-kata terakhir nenek itu. Tapi dengan tetap tersenyum simpul, dia menuliskan seperti yang Nenek itu inginkan di akhir surat yang ia tulis itu.
Dalam kehidupan kita, tanpa sadar, kadang-kadang kita juga berlaku seperti nenek tua tadi. Kita kurang bisa menjaga sikap kita, dengan mengatakan hal yang menyakiti orang lain. Bahkan tak jarang kepada orang yang sudah menolong kita dengan tulus dan penuh kebaikan. Bukannya kita berterima kasih dengan sungguh-sungguh, malahan kita menyakiti perasaan dia dengan mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu kita katakan. Intisari
0 comments:
Posting Komentar