Pagi itu saya harus berjejal di sebuah stasiun demi mendapatkan posisi yang nyaman di kereta. Sayangnya tak hanya saya, ratusan orang rupanya melakukan hal yang sama. Menghela nafas, sayapun menenangkan diri dan berusaha bersabar.
Berhasil masuk di sebuah gerbong, ternyata saya harus rela berdiri di kerumunan orang. Terbayang perjalanan panjang yang akan saya tempuh, sampai di kota tujuan saya pasti sudah loyo dan penuh keringat. Betapa menjengkelkannya hari itu.
Beberapa saat kemudian kereta sudah mulai melaju, dan seorang lelaki tua terlihat berlari-lari mengejar kereta. Sayapun akhirnya mengulurkan tangan, karena saya tahu ia bisa ketinggalan kereta. Ia meraih tangan saya dan bergegas melompat ke dalam kereta. Sayangnya sebelah sepatunya tertinggal karena saking terburu-burunya. Sampai ke dalam kereta ia bergegas melepas sepatu yang satunya lagi, dan melemparkan keluar. Sayapun terkejut, "Lho, Pak. Kok dilempar?"
"Sepatu saya sudah tua nak, sudah usang tapi masih kuat dan baik untuk dipakai. Daripada saya memakai satu sepatu saja, lebih baik sepasang sepatu itu dipakai orang yang lebih membutuhkan," katanya dengan tersenyum.
Tak lupa ia mengucapkan terima kasih karena saya telah menolongnya. Dan sepanjang jalan saya tak henti-hentinya mengamati gurat wajah bahagia seorang bapak tua, yang sepertinya juga bukan orang kaya ini. Saya kagum, bahkan orang sepertinya masih ingat berbagi dengan sesama. Sebuah renungan yang tentunya sangat berarti bagi saya. Terima kasih, Pak Sumber
6 Des 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar